1st Backpacking: Heavenly Sempu :)

Liburan ini saya benar-benar berlibur. Senangnyaaa. Kocek saya juga selamat karena cuma abis 250-an (termasuk oleh-oleh) hahaa. Yang bikin lebih bangga, saya berhasil mendobrak zona nyaman saya yay! 

Pulau Sempu ini sebenarnya cagar alam, jadi ngga boleh ada orang masuk, apalagi camping. Teman saya, Diar, juga cerita tahun kemarin ke Sempu tapi ngga camping di Segara Anakan karena ngga boleh. Tapi berhubung banyak orang yang cerita kalo pernah camping di sana, khususnya Segara Anakan, ya kami jadi pengen camping di situ juga (disonansi kognitif, saudara-saudara). Beruntung banget bisa masuk ke Sempu meskipun disertai pandangan ngga ikhlas dari bapaknya di kantor (lupa namanya) pintu masuk.

Untuk teknis perjalanan yang lebih detail, sila baca postingnya Tantri (bukannya males, tapi menghindari redundansi informasi :p).

Segara Anakan
Dito, Teddy, Aura, Wipti, Tantri, Topan, Acid

liat tuh si Tantri :p

foto atas: di karang kecil itu ada celah masuk air laut

Full team + Bu Nur dan Bima

ceritanya Baywatch gitu deh :p

ceritanya lagi mancing #random

Segara Anakan from above. Karangnya tajem banget di atas

Samudera HINDIA :D

makan enak ngga dilarang saat camping :3

landscape pas trekking

trekking back home~

Teluk Semut

Sendang Biru

Sendang Biru

Pertama kali ke Surabaya, tapi cuma numpang lewat -_____-
Senja dalam angkot bermuatan 20 orang (serius) menuju Gadang

Oke sekarang serius dikit ya.

Saya merasa tertampar sepanjang perjalanan. Dari Jogja-Surabaya, saya duduk di kereta barang yang gelap dan pengap. Orang-orang berjejalan di dalamnya. Mau meluruskan kaki susahnya setengah mati. Saya sangsi, pantaskah manusia menempati gerbong macam ini? Mereka rela seperti itu selama 7-8 jam demi menghemat biaya (kereta ekonomi cuma 31.500). Saya tak henti bersyukur karena diberi hidup berkecukupan. 

Saat menempuh Surabaya-Malang pun kami harus berdiri sepanjang perjalanan yang memakan waktu 2-3 jam. Memendam keki pada pedagang asongan yang menembus kerumunan menjajakan dagangan. Sedihnya, mereka terpaksa mengganggu kenyamanan agar bisa memberi makan keluarga. Apa hak saya untuk melarang, kan? 

Transportasi umum lagi-lagi memukau saya di perjalanan pulang. Kami naik angkot Sendang Biru-Gadang yang kapasitas normalnya adalah 10 orang termasuk sopir. Saya takjub karena 20 orang pun muat dalam satu angkot!! WOW!!! Belum lagi ada 2 orang yang gantungan di tangga belakang angkot. Ini efisiensi apa ngga mau rugi? Hahaha.

Keaadan di atas kontras sekali dengan koar-koar di media dan perkuliahan yang bangga pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi bla bla bla. Tadinya saya, sebagai mahasiswa ekonomi, merasa bangga dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya pertumbuhan kelas menengah. Tadinya. Sungguh menyakitkan saat mengetahui bahwa hal yang saya yakini selama ini ternyata nonsense. Saya terlalu lama di atas angin. Memang tak valid rasanya mengambil kesimpulan hanya berdasarkan pengematan sesaat tentang satu sektor saja, maka biarkanlah itu menjadi opini saya semata hehe.

Ah mengingat indahnya Pulau Sempu, saya khawatir kalo lama-lama dia tambah eksis dan malah jadi komersil. Jangan-jangan nanti ceritanya sama kaya Bali yang makin hari makin kotor. Memang sih, kami juga ikutan publish, jadi makin banyak orang yang pengen ke sana padahal itu bukan tempat wisata. Maafkan ya, mumpung masih sempat *eh. Lutung aja punya habitat yang indahnya bukan main, masa kita yang manusia ngga boleh mampir sebentar? (egoisme manusia hehe). Yah semoga yang ke sana adalah orang-orang yang beradab, yang tau apa yang boleh dan ngga boleh dilakukan kalo lagi di alam bebas *tsaaah.

Setelah perjalanan berliku kemarin, kapok kah saya? Tidak sama sekali *mantap*. 

Mungkin lain kali biar yang lain aja yang bawa kamera kali ya, saya jadi jarang ikut foto soalnya *curcol*.

It a'int a journey, it was an great adventure :)

Tell me, what's yours?

Love,