Thursday, October 20, 2011

family journey

Family-comes-first time. Merayakan Idul Fitri di Cirebon dan Banten.


Aliya and Kamila
Desa Ayah saya, Bojongmanik, dari atas
Baduy di Ciboleger


antusias menonton tv dan perpustakaan desa
Ada sedikit cerita di perkampungan Baduy Luar ini. Begitu masuk kompleks perkampungan, kami disambut tugu KB dan supermarket Alf*mart. Meski sudah mulai modern, suku Baduy ini dilarang punya kendaraan pribadi dan menggunakan listrik. Mereka mengandalkan kendaraan umum dan jalan kaki untuk bepergian. Kalau di Baduy Dalam, naik kendaraan umum pun dilarang. Masyarakat di sini juga tidak bersekolah, tak heran kebanyakan dari mereka buta huruf. Uniknya, mereka ternyata punya handphone. Kalau baterai habis, di-charge di rumah masyarakat setempat (non Baduy) yang ada listriknya. Terkadang mereka juga nonton tv ramai-ramai di salah satu rumah penduduk non Baduy itu. Dari ponsel inilah mereka belajar membaca dan berhitung secara mandiri.

Bagedeur Beach


Muarabinuangeun


Pantai Pasir Putih
asyik banget. banyak ikan kecil di karang-karang yg  tergenang air laut :)
Karang Taraje


Merak di Curug Sidomba, Kuningan
Adi, sepupu saya dari Bandung

dari menara masjid yang tingginya 20 meter

Ohana means family - no one gets left behind, and no one is ever forgotten.
- Lilo & Stitch -

     Kutipan di atas salah satu favorit saya. Coba saja keluarga besar saya bisa disebut sebagai "Ohana" seperti yang digambarkan di atas. Ah, saya jadi ingat bukankah keluarga dalam film animasi pun tidak sempurna? :)
     Kedatangan kami selalu disambut hangat di Cirebon (dari mama). Senang rasanya bisa mendapat sedikit perhatian lebih dari mereka hehe. Sebagai perantau di Jogja, saya otomatis tidak bisa bermanja-manja, selain pada orang tua. Setiap Arsyad bilang lagi main ke rumah eyang, lagi kumpul sama sepupu, dan acara-acara keluarga lainnya saya iri.
     Saya ngga bisa minta uang saku selain sama orang tua.
     Saya ngga punya tempat kabur kalo lagi ngambek sama orang rumah.
     Saya ngga bisa makan gratis selain masakan mama.
     Saya ngga punya orang yang bisa membela saya kalo lagi marahan sama mama atau papa.
     Ah, masih banyak deh pokoknya hehe.
     Selain yang di Cirebon, ada lagi keluarga di Banten (dari papa). Lebaran kemarin saya sedih. Kami keluarga tapi tak mengenal satu sama lain. Asing. Tidak ada kenyamanan. Tidak ada kehangatan. Kaku.
     Apa hasilnya setelah menetap di sana selama 6 hari?
     Keluarga di Banten ternyata banyak. Saya ngga hafal nama mereka dan hubungan keluarga yang kami punya. Saya punya banyak sepupu yang seumuran. Fakta ini sungguh menyenangkan mengingat sepupu saya dari keluarga Cirebon kebanyakan masih SD. Saya bersyukur karena ayah saya begitu beruntung bisa "berkelana" dari Banten sampe ke Jogja. Saya ngga ngebayangin kalo papa memilih untuk menetap di kampung halamannya.
     Saya mungkin membutuhkan proses PDKT yang panjang dengan keluarga yang satu itu, tapi ternyata benar bahwa keluarga bisa memberi begitu banyak pelajaran dalam hidup :)


Love,



No comments:

Post a Comment