Pagi saya dibuka dengan pertanyaan ini. Hari ini hari libur nasional, tapi dari jam sembilan saya sudah menyantroni sebuah toko buku sambil menunggu jam janjian dengan geng kewirus (Diba - Laras - Niska). By the way, saya beli buku travelling "Dengan 3 Jutaan Keliling India dalam 8 Hari". It's so tempting :9
Menjelang sore, saya justru malas pulang. Saya nemenin Diba yang nunggu ditelepon sama mas fotokopian (i know it sounds wrong hahaha). Malas menembus hujan sebenarnya (ampun, Dib). Kami pun ngobrol ngalor-ngidul.
Saya cerita tentang kegagalan yang baru saya alami. Dia cerita tentang kegagalan yang dulu dia alami.
Saya ngedumel tentang polah orang tua saya yang kadang bikin salah tingkah. Dia curhat tentang tingkah keluarganya yang kadang bikin dia gigit jari.
We've been there.
Saya jadi ingat, beberapa hari yang lalu, Joko Anwar menulis ini di akun Twitter-nya.
"Kalo kamu lagi di bawah banget, kamu mustinya seneng. Karena, mulai sekarang yang ada cuman naik. ☺♡" - Joko Anwar.Dosen TPAI saya juga pernah menyarankan hal serupa, tapi dalam konteks beli saham. Belilah saham yang harganya lagi jatuh, karena nanti pasti harganya akan naik sendiri. Tren harga saham memang begitu, pasti akan naik setelah melewati titik minimum. Sama kaya hidup.
Saya lega. Untuk beberapa saat.
Dasarnya saya lagi buntung, pikiran saya negatif melulu. Selama perjalanan pulang, saya justru punya pertanyaan lain.
Gimana kalo ternyata sekarang ini belum sampai titik terendah? Berarti belum waktunya naik kan? Berarti masih bisa jatuh lagi kan?Sepanjang jalan saya cuma mikir ini. Jawabannya apa?
"Sometimes in life, you fall down holes you can’t climb out of by yourself. That’s what friends and family are for—to help. They can’t help, however, unless you let them know you’re down there." - Dr. Knutz (Princess Mia)Saya pernah posting kutipan di atas beberapa bulan yang lalu. Fira Basuki juga pernah nge-tweet hal serupa.
"Tapi jd perempuan jgn terlalu keliatan 'mandiri'. Krn pria juga ingin melindungi. Jangan tergantung, tp tahu kapan manja mnrt @MrAmplitudo." - Fira BasukiWell, konteksnya memang beda sama keadaannya Fira. Tapi, saya tetap suka sama kalimat itu.
Kali ini saya mulai menangkap makna saran-saran itu dalam perspektif yang lebih luas.
Bagi saya, jawabannya tidak sekedar minta tolong secara harfiah. Tapi, kita harus melakukan sesuatu kalau mau merubah keadaan. Entah itu minta tolong, belajar menertawakan diri sendiri, mulai mencoba lagi, atau apapun. Kalau cuma pasrah, keadaan pasti lama berubah. Jangan-jangan malah tidak berubah sama sekali. Jangan-jangan kita malah semakin ke bawah kalo cuma pasrah.
Mana yang kamu pilih? Menunggu tiba di dasar untuk sampai di jalan yang membawamu naik perlahan? Atau sudah lelah jatuh dan memutuskan ini waktunya meminta tolong atau bergerak melompati jurang? Dengan begitu, kamu menghindari sampai di dasar.
Saya jadi ingat konsep internal locus of control. Tindakan dan perilaku kita sendiri lah yang menentukan keadaan kita selanjutnya, bukan orang lain. Ingin pintar ya belajar. Kalau bukan kita sendiri, ya siapa lagi? As simple as that :)
P.S. Kebersamaan kita seharian ini masih terbilang random kah, Dib? :p
P.S.S. Semoga saya bisa mempertahankan pemikiran yang ternyata ngga sesimpel itu kalo dilakukan.
P.S.S.S. Semoga UTS saya lancar jaya. Amin!
Love,
No comments:
Post a Comment