Saturday, July 07, 2012

Mengejar Matahari

- Nglanggeran
- Parangndog
- (belajar) Renang

Tiga hal di atas adalah to do list saya dan Diba menjelang keberangkatan. Kami bertekad untuk tidak menjadikan daftar itu sebagai mitos. Wacana ini kami sebarkan di grup CLR, komunitas penyuka jalan-jalan yang mayoritas anggotanya adalah alumni EQ. Beberapa menanggapinya dengan antusias, tapi beberapa berhalangan. Sampai H-3, belum satupun hal di daftar yang terlaksana. Kami malah menjelajah sebuah pusat perbelanjaan dan memandang puas pada akting aktor Donny Alamsyah di film terbarunya, Cinta di Saku Celana. 

(FYI, jalan ceritanya tidak terduga dengan alur maju-mundur. Saya sendiri berpendapat kalau memang tidak semua cerita cinta berakhir bahagia. Saya bisa menerima cerita cinta yang tak sampai. Tapi, jalan cerita film ini menurut saya terlalu dibuat-buat. Saya sih ngga keberatan kalau harus nonton film ini lagi. Alasannya adalah saya bisa lihat ekspresinya Donny yang malu-malu, salah tingkah, mendamba, putus asa, dan bahagia, tapi tetap jago berantem hahaha. Saya juga suka gaya dan tone pengambilan gambarnya. Beberapa adegan juga diselipi humor, yah kadang ada yang jayus juga sih.)

Beruntung, salah satu agenda di daftar bisa dilaksanakan pada H-2. Parangndog. Tadinya saya sempat khawatir ngga bisa ikutan karena terlanjur pesan tiket The Amazing Spiderman pada siang itu (i am #TeamAndrewGarfield and #TeamEmmaStone !!). Untungnya, kami janjian berkumpul di kampus pada sore hari, seusai saya nonton. Sekitar pukul empat sore, kami bertujuh pun berangkat ke selatan. Optimis bisa mengejar senja.

Beberapa kilometer sebelum tempat tujuan, saya dan Diba histeris melihat matahari jingga yang bulat sempurna di balik perkebunan tebu. Sayang, kami belum sampai. Kami pun terus melaju melewati gerbang Parangtritis dan jalanan yang mulai menanjak, hingga akhirnya tiba di belokan yang menjadi pintu masuk menuju Parangndog. Di sini lah perjalanan yang sebenarnya dimulai. Tanjakan jalan sangat curam dan tidak teraspal sempurna. Bahkan, motor saya tergelincir karena pasir dan mundur di tanjakan pertama lalu tertahan oleh motor Mas Taufik yang ikut oleng. Pengendara motor yang berpapasan dengan kami pun ikut membantu mengangkat motor kami. Untung motor Mas Taufik baik-baik saja setelah menahan laju mundur motor saya. Maaf ya mas, tapi kalo ngga ada motormu, mungkin motorku beneran mundur sampe bawah :') Setelah insiden itu, Diba dan Adit yang tadinya saya bonceng, saya percayakan pada Mas Pras (baca: ganti dibonceng Mas Pras). Untungnya motor saya lancar saat "mendaki" sampai puncak *fiuuuuuuuh*. Kami bergegas menyusuri jalanan berbatu menuju landas pacu. Pemandangan di bawah inilah yang menyambut kedatangan kami.


hanya foto ini yang paling oke sebelum baterai kamera saya habis :(


Merinding rasanya melihat pemandangan di bawah. Lampu rumah penduduk yang mulai menyala. Lampu kendaraan yang melaju perlahan. Gelombang ombak yang terlihat halus dari atas. Gradasi jingga dan langit biru di kejauhan. Siapa yang tidak jatuh hati? Siapa yang tidak ingin melihat pemandangan ini lagi?


Saya baru sempat mengabadikan pemandangan itu beberapa kali, lalu muncul indikator baterai yang habis. Aaaaargh. Saya pun memilih memandang senja lekat-lekat, menyimpannya di memori. Bertekad untuk kembali lain kali.

Adit, Ana, Mas Taufik, Mas Sidiq, Diba, Mas Jo, dan Mas Pras. Credit photo: Mas Jo
Saya semakin menyadari betapa pentingnya punya travelmate. Mereka bisa menjadi teman yang menemani menjelajah ke tempat yang paling ingin kita datangi. Bersama menjejakkan kaki ke tempat-tempat yang selama ini hanya mimpi. Di waktu bersamaan, menyelamatkan kita dari keadaan yang tidak menguntungkan, bahkan membahayakan.

Dear, my future travelmate: Wait for me. I'm gonna find you!

Postingan ini akan menjadi post terakhir di bulan Juli yang saya tulis di Jogja.  Dua jam lagi, saya akan memulai perjalanan panjang ke pulau laskar pelangi. Diperkirakan dalam dua hari ke depan tim KKN 53b akan memulai baktinya di Desa Sungai Padang, Kecamatan Sijuk, Belitung. Iya dua hari, karena kami pake backpack mode, yaitu pake bis ke Tanjung Priok lanjut kapal feri Tri Star ke Belitong. Saya juga meninggalkan laptop di rumah, semoga nanti teman satu pondokan saya ada yang berbaik hati mau meminjamkan laptop dan modem agar saya bisa pamer cerita kegiatan kami di sana. Subunit saya ada di Dusun Munsang, konon dekat dengan pantai. Kononnya lagi, pantainya ngga begitu indah hahaha. Ah, pantai Belitong yang jelek tuh kaya apa sih ya? *positive thinking*

Selamat bekerja dan berpetualang bagi para mahasiswa yang turun ke masyarakat. Semoga kita berkontribusi dengan maksimal dan kembali dengan selamat serta penuh pengalaman :)

Love,



No comments:

Post a Comment