Friday, August 31, 2012

Kolase #8 : 15 Juli 2012. Lengkuas Outing.

     Coba tebak, hal apa yang menyambut pagi kami di hari liburan ke Tanjung Kelayang?
     Gerimis.
     Antiklimaks pagi. Belitong yang biasanya panas menyengat sepanjang hari, malah gerimis saat kami mau pergi. Konspirasi semesta.
     Untungnya, gerimis mereda saat menjelang siang. Yaaaaay! Bada dzuhur, kami pun langsung naik ke mobil sewaan dan meluncur ke Tanjung Kelayang yang terkenal. Agak sedih juga karena harus iuran buat sewa mobil yang tarifnya 250.000 per hari (oh maaaan!). Pantai ini merupakan salah satu tujuan wisata populer di Belitong. Tanjung Kelayang adalah pintu masuk menuju Pulau Lengkuas, Pulau Burung, dan beberapa pulau lain yang menjadi destinasi island hopping. Perjalanan kurang dari satu jam. Sesampainya di Tanjung Kelayang, langit masih mendung. Tapi, gerimis sudah reda. Pantaaaaaaaaaiii!!!



     Setelah berfoto di sepanjang pantai Tanjung Kelayang, kami jalan kaki sebentar menuju dermaga. Kapal sewaan sudah menunggu kami. Kalau ngga salah dengar, biaya sewanya 600.000 - 1.000.000. Salahnya kami adalah tidak menawar. Padahal, harganya bisa lebih murah. Di kapal, peralatan snorkeling sudah disiapkan. Selama hampir setengah jam, kami disuguhi pemadangan lautan biru dan batu besar, sebelum akhirnya kami merapat di Pulau Lengkuas.

pulau di sebelah kanan adalah Pulau Burung. kata saya sih malah lebih mirip komodo hahaha

Mercusuar Lengkuas yang tersohor


Pulung

    Apa sih spesialnya pantai di Belitong?
   Kalau hanya mengejar pantai pasir putih, Gunung Kidul pun menawarkan beragam pilihan. Beberapa di antaranya juga memiliki batu karang. Sebut saja Sadranan, Sundak, dan Indrayanti.
    Well, Belitong's sand and gigantic stones are really something. Pasir putihnya begitu lembut di kaki, hampir selembut debu. Tidak heran Singapura sampai mengimpor pasir dari pulau ini. Batu-batu raksasa di pantai-pantai Belitong selalu membuat saya bertanya-tanya. Bagaimana caranya mereka bisa sampai di sini?  Hanya Tuhan yang tahu. Bebatuan ini juga cukup ramah untuk dipanjat, jadi kita bisa melihat laut dari point of view yang berbeda. Laut Belitong juga punya gradasi warna turquoise - blue yang bikin saya terpesona. Senang rasanya bisa mencoret salah satu destinasi dalam bucket list saya. :)
     Anyway, akhirnya saya mencoba snorkeling. Dengan bantuan teman-teman yang sabar dan setia kawan seperti Kiki, Fitri, dan Radit lah saya bisa snorkeling dari bibir pantai ke bebatuan yang cukup jauh, lalu balik lagi ke pantai. Sumpah, entah bagaimana nasib saya yang pemula ini kalo ngga ada mereka. Makasih juga buat Bryan si penyelam ulung yang menyelamatkan saya dari keharusan mengganti goggles yang hilang. Untung goggles saya ketemu, kalo ngga saya bisa bernasib sama seperti Muchtar dan Esti yang harus mengganti ratusan ribu.
    Pengalaman pertama saya snorkeling adalah .... snorkeling itu susah. Hahaha. Saya menghabiskan banyak waktu untuk menyesuaikan diri dan tidak panik. Saya ngga bisa berenang dan disuruh ngga panik saat mengapung di lautan. Jelas susah. Kalau kata Kiki yang pernah ke Karimunjawa, di sana ada training kecil di kolam sebelum snorkeling. Lengkuas masih belum punya itu. Semoga akan ada. Selain itu, kalau mau lihat pemandangan bawah laut yang bagus, harus renang agak ke tengah laut. Saya ngga sampai ke sana karena ngga kuat. Jadi, saya dengan sekuat tenaga dan bantuan dari Kiki dan Fitri cuma sampai ke bebatuan besar di Lengkuas. Hati-hati sama bebatuan ini, soalnya tajam. Kaki Bryan sampai sobek karena kurang hati-hati.
      Saat saya balik lagi ke Lengkuas suatu hari nanti, mungkin saya cuma akan snorkeling sebentar saja lalu langsung menaiki mercusuar. Kalau mau masuk, cukup bersihkan diri dari pasir dan bayar 5.000 rupiah. Naik 18 tingkat lumayan bikin nafas putus-putus. Saya saja sampai meneriakkan kalimat ini, "Ana, kamu udah sampai sini! Harus sampai di atas!"

kata Andin si arsitek, proporsi tinggi bangunan & jumlah anak tangga ini ngga sesuai. pantes pegel banget pas naik.

Bos Radit yang berbaik hati menemani saya dan Diba
view dari jendela mercusuar
     Setelah 15 menit yang melelahkan, pemandangan inilah yang kami lihat. Sayang sekali kami bertiga hanya 5 menit di sini, karena diteriakin anak-anak disuruh pulang. -_____-. Agak merinding juga sih saat sadar betapa jauhnya kami dari tanah. Tetes keringat yang tercurah saat menaiki 305 anak tangga terbayar sudah. Meskipun kurang lama.




bagian teratas mercusuar
    Matahari sudah turun. Saatnya kami pulang. Mengucapkan "sampai jumpa" (nope, i won't say "goodbye" to that beautiful island) pada pulau ini.




     I will definitely see you again, Lengkuas!

Love,



No comments:

Post a Comment