Friday, October 26, 2012

Kolase #36 : 15 Agustus 2012. Jalan-Jalan Terakhir.

Packing sudah selesai. Pagi-pagi saya ikut ke kota untuk mengantar Muchtar dan Adith yang pulang duluan ke Sumatera naik kapal. Sekalian saya mau paketin karpet dan lampu emergency, plus printer Akbar. Pak Kades lagi-lagi berbaik hati meminjamkan mobil, jadi saya, Radit, Zidan, Bagus, Muchtar, dan Adith berangkat ke Tanjun Pandan beramai-ramai.
Saya salut banget sama pelabuhan Tanjung Pandan. Pelabuhan ini kecil, tapi lebih manusiawi daripada Tanjung Priok. Jauuuuuuh lebih manusiawi. Pelabuhan Tanjung Pandan cuma sekitar sepertiga luas Tanjung Priok, tapi pelabuhan ini menyediakan ruang tunggu yang nyaman, ada kanopi di dermaga, ruangan khusus ibu menyusui, toilet bersih, dan ruang VIP. Fasilitas pelabuhan ini lebih juara dari Priok. Begitu datang, petugas keamanan dengan ramah menyapa dan menanyakan kapentingan kami. Beda banget sama di Priok. Kami sehari semalam di sana mana ada ketemu petugas. Di sini kami bertemu lagi dengan Bang Jimmy, seorang rombongan yang ikut ke Bukit Paremon. Meski lagi buru-buru, Bang Jimmy mau motoin kami berenam hahaha. Muchtar dan Adith naik kapal Express Bahari yang akan mengantar mereka ke Palembang. Kapalnya kecil, tapi cepat dan nyaman.

pelabuhan Tanjung Pandan yang ciamik

bukan di kafe, tapi di pelabuhan

Express Bahari


Saat mau pulang, kami bertemu Pak Iqbal (GM Pelindo Tanjung Pandan) di parkiran. Pagi-pagi belum mandi, ketemu Pak GM. Zidan juga cuma pakai celana pendek. Pak Iqbal malah mengantar kami berkeliling di pelabuhan, menunjukkan foto gedung pelabuhan sebelum direnovasi dan rencananya untuk turut mengikutsertakan pelabuhan ini dalam kampanye Negeri Laskar Pelangi. Kami bercakap-cakap di mushola. Iseng, Radit bilang kalau belum ada tanda arah kiblat di mushola itu. Eh, saat pulang, Pak GM langsung menyuruh pegawainya untuk memasang tanda arah kiblat. Whoaaa Pak GM kereeeeen! Setelah pamitan, kami berempat menuju Tiki untuk kirim paket. Setelah ditimbang, barang yang mau saya kirim beratnya 16 kilogram dan biayanya hampir 400 ribu rupiah. Meeeeeeeeennnn! Jelas saya pilih buat ninggalin itu barang di Munsang, wong kalo beli lagi di Jogja ngga sampai abis 400 ribu.
Kelar ngirim printer Akbar, kami beranjak pulang dan belok ke Tanjung Tinggi hahahaha. Setelah itu kami beneran pulang ke Sungai Padang.



Menjelang siang, saya ikut lagi sama Radit dan Diba yang mengantar Diyan ke bandara lalu ke Pelindo untuk memberikan kenang-kenangan kepada Pak Iqbal. Di kota, kami menjemput Zidan dan Pulung yang mengembalikan motor rental. Menjelang senja, kami berlima belok lagi ke Tanjung Tinggi. Di sana kami bertemu Andreas, Bagus, Soyek, Kiki, Akbar, dan yang lainnya. Hari terakhir bener-bener dipuas-puasin. Ah, hari ini hari terakhir.



Danau Kaolin. Saya ngga sempat ke sini. Foto: subunit 3

Love,



No comments:

Post a Comment