Packing sudah selesai. Pagi-pagi saya ikut ke kota untuk
mengantar Muchtar dan Adith yang pulang duluan ke Sumatera naik kapal. Sekalian
saya mau paketin karpet dan lampu emergency, plus printer Akbar. Pak Kades
lagi-lagi berbaik hati meminjamkan mobil, jadi saya, Radit, Zidan, Bagus,
Muchtar, dan Adith berangkat ke Tanjun Pandan beramai-ramai.
Saya salut banget sama
pelabuhan Tanjung Pandan. Pelabuhan ini kecil, tapi lebih manusiawi daripada
Tanjung Priok. Jauuuuuuh lebih manusiawi. Pelabuhan Tanjung Pandan cuma sekitar
sepertiga luas Tanjung Priok, tapi pelabuhan ini menyediakan ruang tunggu yang
nyaman, ada kanopi di dermaga, ruangan khusus ibu menyusui, toilet bersih, dan
ruang VIP. Fasilitas pelabuhan ini lebih juara dari Priok. Begitu datang,
petugas keamanan dengan ramah menyapa dan menanyakan kapentingan kami. Beda banget
sama di Priok. Kami sehari semalam di sana mana ada ketemu petugas. Di sini
kami bertemu lagi dengan Bang Jimmy, seorang rombongan yang ikut ke Bukit
Paremon. Meski lagi buru-buru, Bang Jimmy mau motoin kami berenam hahaha. Muchtar
dan Adith naik kapal Express Bahari yang akan mengantar mereka ke Palembang. Kapalnya
kecil, tapi cepat dan nyaman.
pelabuhan Tanjung Pandan yang ciamik |
bukan di kafe, tapi di pelabuhan |
Express Bahari |
Saat mau pulang, kami
bertemu Pak Iqbal (GM Pelindo Tanjung Pandan) di parkiran. Pagi-pagi belum
mandi, ketemu Pak GM. Zidan juga cuma pakai celana pendek. Pak Iqbal malah
mengantar kami berkeliling di pelabuhan, menunjukkan foto gedung pelabuhan
sebelum direnovasi dan rencananya untuk turut mengikutsertakan pelabuhan ini
dalam kampanye Negeri Laskar Pelangi. Kami bercakap-cakap di mushola. Iseng,
Radit bilang kalau belum ada tanda arah kiblat di mushola itu. Eh, saat pulang,
Pak GM langsung menyuruh pegawainya untuk memasang tanda arah kiblat. Whoaaa
Pak GM kereeeeen! Setelah pamitan, kami berempat menuju Tiki untuk kirim paket.
Setelah ditimbang, barang yang mau saya kirim beratnya 16 kilogram dan biayanya
hampir 400 ribu rupiah. Meeeeeeeeennnn! Jelas saya pilih buat ninggalin itu barang
di Munsang, wong kalo beli lagi di Jogja ngga sampai abis 400 ribu.
Kelar ngirim printer Akbar,
kami beranjak pulang dan belok ke Tanjung Tinggi hahahaha. Setelah itu kami
beneran pulang ke Sungai Padang.
Menjelang siang, saya
ikut lagi sama Radit dan Diba yang mengantar Diyan ke bandara lalu ke Pelindo
untuk memberikan kenang-kenangan kepada Pak Iqbal. Di kota, kami menjemput Zidan
dan Pulung yang mengembalikan motor rental. Menjelang senja, kami berlima belok
lagi ke Tanjung Tinggi. Di sana kami bertemu Andreas, Bagus, Soyek, Kiki,
Akbar, dan yang lainnya. Hari terakhir bener-bener dipuas-puasin. Ah, hari ini
hari terakhir.
Danau Kaolin. Saya ngga sempat ke sini. Foto: subunit 3 |
No comments:
Post a Comment