Wednesday, February 06, 2013

Ekshibisi Orange Juice dan Sarah




Namanya Regina Saptiarini Safri. Sejak tahun 2011 ia menguras segala materi, tenaga, dan pikiran yang dimiliki untuk menempuh perjalanan Jawa – Kalimantan. Mendokumentasikan kegiatan yang ia lakukan bersama Yayasan Konservasi Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) di Samboja, Kalimantan Timur dan Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah. Perjalanan panjangnya mencakup membelah jalanan berdebu di perkebunan sawit dan mengarungi sungai di belantara Borneo. Tak jarang ia menjadi satu-satunya wanita di rombongan. Kepeduliannya terhadap orangutan ia tunjukkan tak hanya menjadi relawan, namun juga dengan memamerkan 42 karya jepretan lensanya yang mendokumentasikan kehidupan orangutan dalam pameran fotografi jurnalistik yang bertajuk “Orangutan : Rhyme & Blues”. Dalam pameran yang digelar di Bentara Budaya Yogyakarta pada 27 Januari hingga 4 Februari ini Regina berusaha menyampaikan pesan bahwa orangutan berperan penting dalam menjaga ekosistem hutan. Ia memberi contoh bahwa kotoran orangutan dapat tumbuh dan hidup menjadi tanaman karena 80 persennya merupakan biji-bijian. Regina percaya apabila orangutan dibiarkan hidup, maka dengan sendirinya hutan akan terjaga. Ia menambahkan bahwa proses pelepasliaran orangutan kembali ke hutan oleh yayasan membutuhkan biaya yang besar dan pemerintah kurang memberikan dukungan. Yayasan harus membayar Rp13 miliar kepada pemerintah untuk izin melepas orangutan di hutan ex-HPH dengan masa pemakaian 60 tahun. Padahal orangutan bukanlah satwa milik yayasan maupun LSM, tetapi satwa yang seharusnya dilindungi oleh negara. Artikel lengkap tentang pamerannya ini bisa dibaca di sini.
P.S. Menurut sahabat saya, Dito, yang notabene mahasiswa kehutanan, hutan ex-HPH adalah bekas hutan yang memiliki Hak Penguasaan Hutan. Sepenangkapan saya, hutan ini dulunya bisa dimanfaatkan secara komersil, seperti dimanfaatkan kayunya, kemudian dialihfungsikan menjadi hutan untuk konservasi orangutan. CMIIW.







Sebagai Warga Negara Indonesia, tidak mungkin saya tidak mengenal binatang ini. Tanah air saya, tepatnya Pulau Kalimantan dan Sumatra, menjadi satu-satunya habitat bagi kera besar ini. Sedangkan spesies kera besar lainnya seperti gorilla dan simpanse berhabitat di Afrika. Melihat foto bayi orangutan yang lucu-lucu seperti di atas membuat saya semakin miris saat membaca bahwa populasi orangutan Sumatra tinggal 7.500 ekor, sedangkan orangutan Kalimantan tersisa 57.000 ekor saja. Menurut WWF, penyebab berkurangnya populasi orangutan diantaranya adalah praktik perburuan dan pembalakan liar, alihnya fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, perubahan iklim, serta kebakaran hutan. Saya juga membaca artikel BBC bahwa penyebab lain dari berkurangnya populasi kera besar ini adalah karena dibunuh oleh warga di sekitar habitat mereka. Survey yang dilakukan oleh The Nature Conservacy mencatatkan angka 750 ekor orangutan dibunuh oleh warga dalam setahun. Lebih menyedihkannya lagi, mereka dibunuh karena dianggap merusak tanaman warga dan untuk dikonsumsi dagingnya. Silakan klik di sini untuk membaca artikel lengkapnya.
Ada dua novel yang menuntun saya untuk lebih memahami spesies ini. Meskipun keduanya novel fiksi, namun keduanya terasa sangat nyata bagi saya. Life Of Pi dan Supernova: Partikel. Keduanya menampilkan orangutan sebagai salah satu tokoh yang sangat penting bagi si lakon utama. Sama seperti pentingnya orangutan bagi hutan itu sendiri. Berikut saya sertakan kutipan kisah orangutan bernama Orange Juice dan Sarah dari kedua novel tersebut.

Orangutan. “Tenaganya sekuat tenaga sepuluh manusia. Mereka bisa mematahkan tulang kalian semudah mematahkan ranting. Memang, dulu kalian pernah memelihara beberapa dari mereka dan mengajak bermain-main sewaktu mereka masih kecil. Tapi sekarang mereka sudah dewasa, liar, dan tidak bisa ditebak perilakunya.” Life Of Pi, halaman 66. 
"Sudahkah kuceritakan bahwa dulu Orange Juice adalah orangutan peliharaan yang kemudian dibuang begitu saja oleh para pemiliknya di Indonesia? Kisah hidupnya sama seperti kisah hidup binatang-binatang peliharaan lain yang ditelantarkan. Kira-kira seperti ini: si binatang peliharaan dibeli ketika dia masih kecil dan lucu. Para pemiliknya senang melihatnya. Lalu dia semakin besar, nafsu makannya juga ikut bertambah. Dan ternyata dia tak bisa dijinakkan. Suatu hari gadis pembantu di rumah hendak mengambil kain di sarang binatang itu, untuk dicuci, atau barangkali anak lelaki si pemilik rumah dengan bercanda hendak mengambil makanan dari tangan binatang itu¾tahu-tahu si binatang peliharaan marah dan memamerkan gigi-giginya, dan keluarga itu ketakutan. Keesokan harinya binatang peliharaan ini dibawa naik Jeep oleh manusia-manusia yang selama ini dia anggap saudara-saudarinya. Mereka masuk hutan. Semua penumpang Jeep mendapati hutan itu tempat yang asing dan menakutkan. Mereka tiba di tempat terbuka. Mereka turun untuk melihat-lihat tempat itu sejenak. Sekonyong-konyong Jeep itu menderum, roda-rodanya berputar cepat, dan si binatang peliharaan melihat orang-orang yang selama ini dikenal dan disayanginya meninggalkannya, melaju pergi dalam Jeep itu. Dia ditinggalkan sendirian. Si binatang peliharaan tidak mengerti. Dia tidak tahu cara bertahan hidup di rimba ini, sama seperti manusia-manusia saudaranya itu. Dia menunggu-nunggu mereka kembali, mencoba meredam kepanikan yang dirasakannya. Tapi mereka tidak juga kembali. Matahari terbenam. Dengan segera si binatang peliharaan merasa tertekan dan kehilangan gairah hidup. Akhirnya dia mati kelaparan, kepanasan, dan kedinginan dalam beberapa hari. atau mati diserang anjing-anjing.
Orange Juice hampir saja mengalami nasib menyedihkan seperti itu. Tapi untunglah dia akhirnya tinggal di Kebun Binatang Pondicherry. Dia tetap ramah dan tidak agresif sepanjang hidupnya. Aku ingat waktu aku masih kecil, dia suka memelukku dengan lengan-lengannya yang panjang, jemarinya¾masing-masing sepanjang tanganku yang utuh¾suka menarik-narik rambutku. Waktu itu dia masih seekor orangutan betina muda yang hendak melatih naluri keibuannya. Ketika dia sudah tumbuh menjadi orangutan dewasa dan liar, aku hanya memperhatikannya dari kejauhan. Kupikir aku sudah mengenalnya dengan baik dan mampu memperkirakan setiap tindakannya. Kupikir aku bukan hanya mengenal kebiasaan- kebiasaannya, tapi juga keterbatasan- keterbatasannya. Tapi saat melihat kegarangannya, keberanian liar yang ditunjukkannya, kusadari bahwa aku salah. Selama ini rupanya hanya sedikit sekali yang kupahami dari dirinya." Life of Pi, halaman 190-191. 
Selucu apapun orangutan saat mereka bayi, ketika dewasa, mereka tetaplah binatang liar. Mereka memiliki insting dan akan mempertahankan diri apabila teritori mereka dilanggar oleh makhluk lain. Saya percaya bahwa orangutan betina memiliki naluri keibuan yang sangat besar, sampai-sampai hewan ini dijadikan metafora sebagai ibu Pi. 



Supernova: Partikel menyorot tentang bayi orangutan bernama Sarah. Ia dikisahkan selamat dari bidikan senapan pemburu, namun harus menyaksikan induknya mati di depan matanya. Nasibnya masih cukup beruntung karena tidak berakhir di kebun binatang, namun di penangkaran orangutan dan akan dilepaskan ke habitatnya saat menginjak dewasa. Sarah kecil sangatlah manja pada Zarah, tokoh sentral Partikel yang menjadi ibu asuhnya. Ia pun menjalin ikatan yang sangat erat dan tak bersyarat dengan Zarah. Namun ia tetaplah binatang liar. Ikatan itu akan tetap ada, namun Sarah akan menempuh jalannya kembali ke hutan tanpa menengok ke belakang. Perpisahan sekaligus pendewasaan yang anggun.

“Manusia perlu konfirmasi berulang dalam hubungan antar sesama, entah itu pasangan, sahabat, atau keluarga. Kita gemar menguji cinta. Orangutan tidak. Ikatan orangutan terjadi sekali dan bertahan selamanya.” Supernova: Partikel.
“Kita berbagi 97% gen yang sama dengan orangutan. Namun, sisa 3% itu telah menjadikan manusia pemusnah spesiesnya. Manusia menjadi predator nomor satu di planet ini karena segelintir saja gen berbeda.” Supernova: Partikel.



Itulah beberapa hal yang saya pelajari tentang orangutan. WWF sendiri memiliki program khusus untuk melindungi satwa langka ini, selengkapnya bisa diakses di sini.

Love,


1 comment:

  1. aku pernah tanya nih sama orang dari (kalau ga salah) yayasan yang sama. mereka emang make hutan ini untuk konservasi, tapi ijinnya untuk pengolahan bukan buat konservasi gitu. mana bayarnya mahal banget pula ini.. padahal menurut undang-undang mereka dilindungi.. ga paham aku sama pemerintah

    ReplyDelete