Petualangan pertama kita berempat terjadi hampir
setengah tahun yang lalu, di sebuah pulau di selatan Selat Karimata, tak
ketinggalan menyambangi mercusuar berumur lebih dari seratus tahun yang tersohor.
Saat itu kita bersama 21 teman lainnya, bersemangat menjelajahi tempat baru
dengan energi yang menggebu. Beberapa hari yang lalu, satu mercusuar lagi kita
datangi, tapi kali ini letaknya di pesisir Jogja. Menggeber motor kita jauh ke
selatan, sampai badan kita pegal-pegal. Membelah jalan aspal di tengah cuaca terik
dan melewati sawah-sawah yang menghijau. Kita berempat tak ada yang tau jalan
ke sana, hanya mengandalkan hasil pencarianku di Google dan plang penunjuk
jalan. Akhirnya mercusuar mulai tampak dari kejauhan. Kita tidak salah jalan.
Untunglah, kalau kita tersesat maka rusak sudah rencana kita melepaskan diri
dari kepenatan.
Motor kita parkirkan di pondok bambu milik
seorang nenek yang menyambut kita dengan ramah, lalu kita berjalan melewati
pagar mercusuar dan dihampiri seorang penjaga. Sambil berbasa-basi, ia
membukakan pintu mercusuar yang didirikan tahun 1998 ini. Tingginya 40 meter
dengan 8 lantai. Konstruksinya jauh lebih kokoh daripada mercusuar Lengkuas,
namun sayang lebih kotor dan baunya menyengat. Sayang, Kiki mendadak menyadari
bahwa dia takut ketinggian. Hanya tiga dari kita yang melanjutkan perjalanan ke
puncak mercusuar, pun dengan formasi yang sama seperti tahun lalu.
Pemandangan
di depan mata sangat mempesona. Pepohonan hijau, kebun buah naga, kolam PLTA,
tebing karang di kejauhan, serta lautan yang berwarna coklat, biru tua, dan
biru muda. Angle baru ini membuatku sadar bahwa
pasir hitam dan laut selatan bisa menjadi begitu cantik.
Diba - Radit - Ana. Trio yang sama saat ke puncak mercusuar Lengkuas. |
bersama Kiki yang menunggu di lantai dasar mercusuar karena takut ketinggian. |
Puas memandangi
laut selatan dari ketinggian 40 meter, perjalanan kita lanjutkan ke pantai
sebelah yang terkenal karena rerimbunan cemaranya. Hari itu tak banyak
aktivitas yang berlangsung di pondok-pondok makan di sekitar pantai, kita
memang sengaja kemari saat hari kerja. Setelah memarkirkan kendaraan bersama
jajaran motor lainnya, kita mengambil air wudhu dan menunaikan sholat di
mushola. Meskipun hari kerja, air bersih tetap mengalir. Sayangnya perjalanan
kita ke bibir pantai diiringi dengan sampah di sepanjang jalan, bahkan makin
banyak sampah sesampainya di pinggir pantai. Tong-tong sampah yang disediakan
hanya dipandang sebelah mata. Sangat disayangkan.
till we meet again |
Selain mercusuar
dan rerimbunan cemara, piknik kita hari itu turut diisi oleh matahari terbenam.
Senja pertamaku di pinggir pantai tahun ini. Apa kalian ingat, kita pernah
memandangi senja seperti ini tahun lalu, di salah satu pantai di pulau
seberang. Menghabiskan waktu bersama kalian sungguh menyenangkan. Memperbincangkan
banyak hal, mulai dari perasaan hingga cat aspal. Mungkin tidak semua masalah
terlupakan, hanya saja bisa berada di tempat yang lebih aduhai untuk memikirkan.
Bagaimanapun, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk mengeksplorasi sesuatu
yang baru. Bersama. Sampai jumpa di piknik selanjutnya. J
Love,
same post here ana, hahaha
ReplyDeletehttp://dibadibu.tumblr.com/post/42188024552/kabur-dari-kota-yogyakarta-menuju-selatan-mendaki
:3
Wow, these photos are beautiful. Looks like a relaxing place.
ReplyDeleteJillian - http://epic-thread.blogspot.com