Friday, February 01, 2013

Ullen Sentalu : Sepotong Sejarah di Kaki Merapi

It takes two to tango!
Bersama sahabat saya, Diba, kami menempuh perjalanan belasan kilometer ke utara untuk mencari udara segar. Beruntung cuaca cukup cerah, meskipun sempat gerimis di tengah perjalanan pulang. Bermodalkan Rp25.000 untuk tiket masuk ke Ullen Sentalu dan tripod pinjaman seorang teman, beginilah liburan lokal kami hari itu.
Sebagai mahasiswi, awalnya sempat ragu berkunjung ke sana karena tiket masuknya yang relatif mahal dibanding museum lain di Jogja. Untungnya setiap pengunjung yang membeli tiket akan ditemani seorang guide yang akan mengantarkan berkeliling. Saya tidak heran mereka memakai sistem guide ini karena kompleks museum ini cukup rumit dengan berbagai sektor atau ruang pameran. Koleksi yang mereka miliki adalah lukisan, foto, dokumen, dan batik peninggalan kerajaan Mataram Islam, baik kraton Yogya maupun Surakarta, serta arca Hindu-Budha. Saya sendiri bukan orang yang menaruh minat tinggi pada sejarah kedua kraton ini, namun lebih tertarik pada kisah personal keluarga kraton. 
Coba lihat foto ini, apa pendapat kalian tentang pasangan ini?

Paku Buwono X dan Ratu Mas (sumber)
Kalau sekarang, foto pernikahan pasti dihiasi senyum bahagia kedua mempelai. Namun pasangan dalam foto di atas sama sekali tak tersenyum. Menurut guide kami, Mba Eni, Ratu Mas yang saat itu masih belia menyetujui dijodohkan dengan Paku Buwono X yang umurnya hampir dua kali lipat umur Ratu Mas saat dipinang. Sebagai imbalan atas kesanggupannya, ia diangkat menjadi permaisuri. :))
Gusti Nurul saat muda (sumber)
Ada lagi kisah tentang putri Surakarta lainnya bernama Gusti Nurul, putri tunggal Mangkunegaran VII. Jujur, saya sampai tertegun melihat foto beliau di salah satu ruang pameran. Cantik sekali. Tak heran Ratu Wilhelmina menjulukinya The Bloom of Surakarta. Bahkan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Soekarno pun terpikat pada pesonanya. Namun keduanya ditolak oleh beliau karena prinsipnya: enggan dipoligami. Gusti Nurul akhirnya menikahi seorang tentara dan hingga saat ini beliau menghabiskan masa senjanya di Bandung. :))
Di salah satu ruang pameran juga dipajang berbagai surat dari teman-teman Putri Tineke, putri Paku Buwono  XI. Surat-surat tersebut ditulis oleh teman-teman beliau di beberapa penjuru dunia yang ditujukan menghibur sang putri yang bersedih. Mereka menuliskan syair agar sang putri kembali ceria. :))
Selain kisah-kisah di atas, saya juga turut membawa pulang impian memiliki rumah idaman yang dibangun dengan material utama berupa kayu, bebatuan, dan kaca. Meskipun jiper juga saat bertanya pada seorang teman di jurusan arsitektur tentang budget pembangunannya hahaha. Tapi sungguh arsitektur museum ini luar biasa. Menyesuaikan konstruksi dengan lingkungan alam di sekitarnya, tidak melupakan akar budaya, namun dengan sentuhan modern di tempat-tempat yang tepat. Hebatnya lagi, perancang kompleks museum ini bukanlah seorang arsitek, ia adalah KP. dr. Samuel Wedyadiningrat, Sp.(B). K. (Onk). Guide kami juga menambahkan bahwa museum ini dibangun tanpa blueprint. :)))))
Oh iya, tiket masuk juga sudah termasuk minuman awet muda ala kraton. Saya lumayan suka rasanya karena rasa jahenya tidak terlalu menyengat dan aroma pandannya menggoda. Konon minuman ini dibuat dengan resep rahasia milik Ratu Mas. Menurut hasil googling, ada 7 bahan yang dipakai. Saya hanya bisa menebak 5 bahan: air, jahe, sereh, daun pandan, dan gula jawa.
Saya bisa memahami larangan mengabadikan koleksi museum dengan kamera, karena pengunjung akan lebih fokus menyimak penjelasan guide selama tur, bukannya sibuk menekan shutter kamera atau mencari angle terbaik. Tapi jujur, saya kurang bisa menikmati lukisan-lukisan di museum ini karena guide langsung menggiring kami ke ruang pameran selanjutnya. Padahal, saya tipe pengunjung yang bengong sebentar di depan lukisan yang menurut saya menarik sambil memperhatikan garis-garis warna yang ditorehkan di kanvas. Tapi kalau semua pengunjung seperti saya, tur bisa berjam-jam kali ya karena harus berhenti di setiap lukisan hehe. Saran saya, puas-puaskan mengabadikan bagian museum yang dibolehkan untuk difoto. Ciamik!
P.S. Kalau tertarik berkunjung, sila klik web resmi Ullen Sentalu di sini.

kolam teratai Ratu Alit. sayang sedang tidak mekar.
kami penasaran dengan apa yang ada di balik gerbang, tapi dilarang guide .____.
tangga menuju restoran. cek kantong dulu kalau mau mencoba hidangan di sini :|
Love,


No comments:

Post a Comment