It
takes two to tango!
Bersama sahabat saya, Diba, kami menempuh perjalanan belasan
kilometer ke utara untuk mencari udara segar. Beruntung cuaca cukup cerah,
meskipun sempat gerimis di tengah perjalanan pulang. Bermodalkan Rp25.000 untuk
tiket masuk ke Ullen Sentalu dan tripod pinjaman seorang teman, beginilah
liburan lokal kami hari itu.
Sebagai mahasiswi, awalnya sempat ragu berkunjung ke sana karena
tiket masuknya yang relatif mahal dibanding museum lain di Jogja. Untungnya
setiap pengunjung yang membeli tiket akan ditemani seorang guide yang akan
mengantarkan berkeliling. Saya tidak heran mereka memakai sistem guide ini
karena kompleks museum ini cukup rumit dengan berbagai sektor atau ruang
pameran. Koleksi yang mereka miliki adalah lukisan, foto, dokumen, dan batik
peninggalan kerajaan Mataram Islam, baik kraton Yogya maupun Surakarta, serta
arca Hindu-Budha. Saya sendiri bukan orang yang menaruh minat tinggi pada
sejarah kedua kraton ini, namun lebih tertarik pada kisah personal keluarga
kraton.
Coba lihat foto ini, apa pendapat kalian tentang pasangan ini?
Paku Buwono X dan Ratu Mas (sumber) |
Kalau sekarang, foto pernikahan pasti
dihiasi senyum bahagia kedua mempelai. Namun pasangan dalam foto di atas sama
sekali tak tersenyum. Menurut guide kami, Mba Eni, Ratu Mas yang saat itu masih
belia menyetujui dijodohkan dengan Paku Buwono X yang umurnya hampir dua kali
lipat umur Ratu Mas saat dipinang. Sebagai imbalan atas kesanggupannya, ia
diangkat menjadi permaisuri. :))
Gusti Nurul saat muda (sumber) |
Ada lagi kisah tentang putri Surakarta
lainnya bernama Gusti Nurul, putri tunggal Mangkunegaran VII. Jujur, saya
sampai tertegun melihat foto beliau di salah satu ruang pameran. Cantik sekali.
Tak heran Ratu Wilhelmina menjulukinya The
Bloom of Surakarta. Bahkan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Soekarno pun
terpikat pada pesonanya. Namun keduanya ditolak oleh beliau karena prinsipnya:
enggan dipoligami. Gusti Nurul akhirnya menikahi seorang tentara dan hingga
saat ini beliau menghabiskan masa senjanya di Bandung. :))
Di salah satu
ruang pameran juga dipajang berbagai surat dari teman-teman Putri Tineke, putri
Paku Buwono XI. Surat-surat tersebut ditulis oleh teman-teman beliau di
beberapa penjuru dunia yang ditujukan menghibur sang putri yang bersedih.
Mereka menuliskan syair agar sang putri kembali ceria. :))
Selain
kisah-kisah di atas, saya juga turut membawa pulang impian memiliki rumah
idaman yang dibangun dengan material utama berupa kayu, bebatuan, dan kaca.
Meskipun jiper juga saat bertanya pada seorang teman di jurusan arsitektur
tentang budget pembangunannya hahaha. Tapi sungguh arsitektur museum ini luar
biasa. Menyesuaikan konstruksi dengan lingkungan alam di sekitarnya, tidak
melupakan akar budaya, namun dengan sentuhan modern di tempat-tempat yang
tepat. Hebatnya lagi, perancang kompleks museum ini bukanlah seorang arsitek,
ia adalah KP. dr. Samuel Wedyadiningrat, Sp.(B). K. (Onk). Guide kami juga
menambahkan bahwa museum ini dibangun tanpa blueprint. :)))))
Oh iya, tiket masuk juga
sudah termasuk minuman awet muda ala kraton. Saya lumayan suka rasanya karena rasa
jahenya tidak terlalu menyengat dan aroma pandannya menggoda. Konon minuman ini
dibuat dengan resep rahasia milik Ratu Mas. Menurut hasil googling, ada
7 bahan yang dipakai. Saya hanya bisa menebak 5 bahan: air, jahe, sereh, daun
pandan, dan gula jawa.
Saya bisa memahami
larangan mengabadikan koleksi museum dengan kamera, karena pengunjung akan
lebih fokus menyimak penjelasan guide selama tur, bukannya sibuk menekan shutter
kamera atau mencari angle terbaik. Tapi jujur, saya kurang bisa
menikmati lukisan-lukisan di museum ini karena guide langsung menggiring
kami ke ruang pameran selanjutnya. Padahal, saya tipe pengunjung yang bengong sebentar
di depan lukisan yang menurut saya menarik sambil memperhatikan garis-garis warna
yang ditorehkan di kanvas. Tapi kalau semua pengunjung seperti saya, tur bisa
berjam-jam kali ya karena harus berhenti di setiap lukisan hehe. Saran saya,
puas-puaskan mengabadikan bagian museum yang dibolehkan untuk difoto. Ciamik!
kolam teratai Ratu Alit. sayang sedang tidak mekar. |
kami penasaran dengan apa yang ada di balik gerbang, tapi dilarang guide .____. |
tangga menuju restoran. cek kantong dulu kalau mau mencoba hidangan di sini :| |
No comments:
Post a Comment