Hello again, the sea!
Hari ini ada dua agenda utama, yakni
membangun gapura dan pembuatan video ke Pulau Limaujering. Agenda kedua jelas lebih ditunggu-tunggu
hahaha, tapi pembangunan gapura sempat bikin ketar-ketir juga. Bayangkan, tadinya kami mau membangun gapura di lokasi
yang kurang lebih 10 menit dari Munsang. Boi, itu jauh. Banget. Ngga bisa
dibayangin lah gimana harus cari pick up buat angkut-angkut material.
Untungnya, lokasi pindah ke depan gardu ronda Munsang, jalan kaki lima menit dari
pondokan juga udah sampe. Selain itu, kami punya waktu tiga hari untuk
merampungkan gapura. Kenapa buru-buru? Karena Gubernur Bangka Belitung mau datang ke
Sungai Padang untuk safari ramadhan. Oh boi.
Pagi-pagi, kami ke
lokasi dan bertemu tiga orang warga yang akan melakukan pembangunan gapura. Kami
segera membersihkan rumpu-rumput liar yang ada di sekitar lokasi. Warga
setempat kemudian membakar tumbuhan di sekitar lokasi. Mereka memang masih
memakai cara ini untuk membersihkan lahan. Saya pernah liat ada lahan gosong di
hutan. Ya, itu calon lahan kelapa sawit. Heran juga sih, kenapa pepohonan di
area itu harus dibakar? Kalo ditebang kan setidaknya kayunya bisa dijual.
Efisiensi waktu kali ya. Saya juga tidak sempat bertanya. Kembali ke gapura,
warga banyak memberi kami material. Kayu dan batu kami dapatkan secara cuma-cuma.
Aaaa baiknya J.
Menjelang siang, saya
dan Zidan pamit karena sudah janjian dengan Pak Buan yang akan mengantar kami
ke Pulau Limaujering. Kami akan membuat video tentang keadaan alam di Munsang.
Pulau ini adalah salah satu tempat tujuan wisata warga setempat di saat libur,
terutama saat Idul Fitri. Sebelumnya kami memang pernah berniat ke pulau ini
beberapa hari yang lalu, saat melihat penanaman rumput laut. Sayangnya air laut
sedang pasang, jadi kami gagal merapat. Beruntungnya, siang itu air laut surut,
jadi kami bisa merapat yaaay. Rombongan kami terdiri dari saya, Zidan, Diba,
Pulung, Theo, Agil (putra sulung Babe Sapar), dan Doni (sepupu Agil). Kedua
putri Pak Buan juga ikut serta.
How was it? Beautiful! Serasa punya pulau pribadi. Pulau ini seakan punya dua bagian, yakni hutan dan
pantai pasir putih yang cantik. Bisa dibilang, bagian besar dan kecil pulau ini
dihubungkan oleh jembatan pasir putih. Di sepanjang pantai bisa ditemukan
banyak kerang yang cantik. Kalian juga bisa berenang santai di pulau ini tanpa
harus khawatir terseret arus. Saya dan Diba udah pose cantik dengan latar
belakang pohon dan pantai pasir putih. Sayang, musibah melanda saat transfer
data memory card ke laptop. Entah kenapa memory card saya jadi ngga bisa
dibaca. Untung file dokumentasi hari sebelumnya sudah dipindah dengan aman,
tapi foto-foto yang saya ambil di pulau ini tidak selamat. Sedih. Banget.
Untung kamera Zidan menangkap
momen-momen kami di pulau ini. Here they are!
Pulau Limaujering mulai terlihat |
our private island (for a while) |
Pak Buan, our guide |
The Trees and The Sea :p |
that white sand bridge |
ki-ka: Pulung - Zidan - Diba - Ana - Theo - Agil |
di belakang kami adalah spot berenang. ombaknya tenang. |
waktunya kembali ke daratan |
jembatan kayu di pelabuhan Munsang |
satu-satunya foto dari kamera saya. aneh, yang berhasil recovered cuma fotonya Theo -____- |
Sebagai bukti kalo kami ke sini untuk program, bukan sekedar jalan-jalan (hahaha), inilah video yang berhasil kami selesaikan.
Saya makin senang karena kami hanya perlu merogoh kocek Rp50.000 saja. Terima kasih atas perjalanan yang indah, Pak Buan. :)
P.S. Ngayau = pergi
Love,
No comments:
Post a Comment