Showing posts with label Jogja. Show all posts
Showing posts with label Jogja. Show all posts

Friday, July 19, 2013

Sudahkan Ke ART|JOG Tahun Ini?

The gate to "Maritime Culture". Ahoy, welcome on board. 

Iwan Effendi feat Papermoon Puppet Theatre | Finding Lunang
Saya tidak meragukan keunikan Papermoon, tapi jujur saya agak bergidik saat melihat karya mereka (and not in a good way). Pementasan Papermoon pertama yang saya lihat adalah Mwathirika dan saya malah lebih tertarik untuk memperhatikan ekspresi dan gerakan dari the puppeters, instead of the puppets. Terlepas dari serangkaian boneka kayu yang creepy (bagi saya), wahana carrousel yang menjadi sentral instalasi ini ciamik punya.

Entang Wiharso | Borderless: Floating Islands
Rumit. Tiga fase pasangan di pulau terapung: pasangan muda yang bermimpi, hari pernikahan dan menatap masa depan, serta perspektif yang telah bergabung paska pernikahan. Tablo yang ketiga ini yang membuat saya mengerutkan dahi. I got the memo but still kinda disturbing. Dan jangan lupa payung dan pohon pisang, sang pelindung dari hujan atau cobaan.

Yahya Rifandaru | Aku Marah Karena Kau Tak Ramah (Sajak Laut)
Perfect decoration for my future yacht.

Wednesday, February 06, 2013

Ekshibisi Orange Juice dan Sarah




Namanya Regina Saptiarini Safri. Sejak tahun 2011 ia menguras segala materi, tenaga, dan pikiran yang dimiliki untuk menempuh perjalanan Jawa – Kalimantan. Mendokumentasikan kegiatan yang ia lakukan bersama Yayasan Konservasi Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) di Samboja, Kalimantan Timur dan Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah. Perjalanan panjangnya mencakup membelah jalanan berdebu di perkebunan sawit dan mengarungi sungai di belantara Borneo. Tak jarang ia menjadi satu-satunya wanita di rombongan. Kepeduliannya terhadap orangutan ia tunjukkan tak hanya menjadi relawan, namun juga dengan memamerkan 42 karya jepretan lensanya yang mendokumentasikan kehidupan orangutan dalam pameran fotografi jurnalistik yang bertajuk “Orangutan : Rhyme & Blues”. Dalam pameran yang digelar di Bentara Budaya Yogyakarta pada 27 Januari hingga 4 Februari ini Regina berusaha menyampaikan pesan bahwa orangutan berperan penting dalam menjaga ekosistem hutan. Ia memberi contoh bahwa kotoran orangutan dapat tumbuh dan hidup menjadi tanaman karena 80 persennya merupakan biji-bijian. Regina percaya apabila orangutan dibiarkan hidup, maka dengan sendirinya hutan akan terjaga. Ia menambahkan bahwa proses pelepasliaran orangutan kembali ke hutan oleh yayasan membutuhkan biaya yang besar dan pemerintah kurang memberikan dukungan. Yayasan harus membayar Rp13 miliar kepada pemerintah untuk izin melepas orangutan di hutan ex-HPH dengan masa pemakaian 60 tahun. Padahal orangutan bukanlah satwa milik yayasan maupun LSM, tetapi satwa yang seharusnya dilindungi oleh negara. Artikel lengkap tentang pamerannya ini bisa dibaca di sini.
P.S. Menurut sahabat saya, Dito, yang notabene mahasiswa kehutanan, hutan ex-HPH adalah bekas hutan yang memiliki Hak Penguasaan Hutan. Sepenangkapan saya, hutan ini dulunya bisa dimanfaatkan secara komersil, seperti dimanfaatkan kayunya, kemudian dialihfungsikan menjadi hutan untuk konservasi orangutan. CMIIW.




Sunday, February 03, 2013

Quality Time: Good Friends, Dearest Ocean, Beloved Sunset.

Petualangan pertama kita berempat terjadi hampir setengah tahun yang lalu, di sebuah pulau di selatan Selat Karimata, tak ketinggalan menyambangi mercusuar berumur lebih dari seratus tahun yang tersohor. Saat itu kita bersama 21 teman lainnya, bersemangat menjelajahi tempat baru dengan energi yang menggebu. Beberapa hari yang lalu, satu mercusuar lagi kita datangi, tapi kali ini letaknya di pesisir Jogja. Menggeber motor kita jauh ke selatan, sampai badan kita pegal-pegal. Membelah jalan aspal di tengah cuaca terik dan melewati sawah-sawah yang menghijau. Kita berempat tak ada yang tau jalan ke sana, hanya mengandalkan hasil pencarianku di Google dan plang penunjuk jalan. Akhirnya mercusuar mulai tampak dari kejauhan. Kita tidak salah jalan. Untunglah, kalau kita tersesat maka rusak sudah rencana kita melepaskan diri dari kepenatan. 

dibangun tahun 1998. tinggi 40 m. terdiri dari 8 lantai. masih aktif sampai sekarang.
Motor kita parkirkan di pondok bambu milik seorang nenek yang menyambut kita dengan ramah, lalu kita berjalan melewati pagar mercusuar dan dihampiri seorang penjaga. Sambil berbasa-basi, ia membukakan pintu mercusuar yang didirikan tahun 1998 ini. Tingginya 40 meter dengan 8 lantai. Konstruksinya jauh lebih kokoh daripada mercusuar Lengkuas, namun sayang lebih kotor dan baunya menyengat. Sayang, Kiki mendadak menyadari bahwa dia takut ketinggian. Hanya tiga dari kita yang melanjutkan perjalanan ke puncak mercusuar, pun dengan formasi yang sama seperti tahun lalu.
Pemandangan di depan mata sangat mempesona. Pepohonan hijau, kebun buah naga, kolam PLTA, tebing karang di kejauhan, serta lautan yang berwarna coklat, biru tua, dan biru muda. Angle baru ini membuatku sadar bahwa pasir hitam dan laut selatan bisa menjadi begitu cantik.

sepadan dengan perjuangan naik ke atas.

Friday, February 01, 2013

Ullen Sentalu : Sepotong Sejarah di Kaki Merapi

It takes two to tango!
Bersama sahabat saya, Diba, kami menempuh perjalanan belasan kilometer ke utara untuk mencari udara segar. Beruntung cuaca cukup cerah, meskipun sempat gerimis di tengah perjalanan pulang. Bermodalkan Rp25.000 untuk tiket masuk ke Ullen Sentalu dan tripod pinjaman seorang teman, beginilah liburan lokal kami hari itu.
Sebagai mahasiswi, awalnya sempat ragu berkunjung ke sana karena tiket masuknya yang relatif mahal dibanding museum lain di Jogja. Untungnya setiap pengunjung yang membeli tiket akan ditemani seorang guide yang akan mengantarkan berkeliling. Saya tidak heran mereka memakai sistem guide ini karena kompleks museum ini cukup rumit dengan berbagai sektor atau ruang pameran. Koleksi yang mereka miliki adalah lukisan, foto, dokumen, dan batik peninggalan kerajaan Mataram Islam, baik kraton Yogya maupun Surakarta, serta arca Hindu-Budha. Saya sendiri bukan orang yang menaruh minat tinggi pada sejarah kedua kraton ini, namun lebih tertarik pada kisah personal keluarga kraton. 
Coba lihat foto ini, apa pendapat kalian tentang pasangan ini?

Paku Buwono X dan Ratu Mas (sumber)
Kalau sekarang, foto pernikahan pasti dihiasi senyum bahagia kedua mempelai. Namun pasangan dalam foto di atas sama sekali tak tersenyum. Menurut guide kami, Mba Eni, Ratu Mas yang saat itu masih belia menyetujui dijodohkan dengan Paku Buwono X yang umurnya hampir dua kali lipat umur Ratu Mas saat dipinang. Sebagai imbalan atas kesanggupannya, ia diangkat menjadi permaisuri. :))

Friday, October 26, 2012

#goweselo : Taman Sari


Aha, #goweselo kedua saya lakukan bersama Diba. Tadinya saya mau gowes sendiri ke Taman Sari, tapi saat saya melontarkan niat ini semalam, dia pun berminat. Janjian berangkat jam setengah 6, tapi saya baru bangun jam 6 kurang hahaha. Anyway, jam 06.45 saya berangkat dari rumah. Sekitar 35 menit kemudian, saya menemui Diba yang sudah menunggu di depan warung siomay di daerah Ngasem.
Kami bersepeda menuju Kampung Taman. Setelah muter-muter kampung, kami masuk ke kompleks Taman Sari. Sayang, kami kepagian. Pemandian Taman Sari belum buka. Kami pun muter-muter lagi. Setelah menitipkan sepeda di belakang Pasar Ngasem, kami jalan ke lorong bawah tanah dan menuju pintu masuk pemandian. Loket baru buka pukul 08.30. Kami duduk di depan pintu gerbang pemandian, menunggu loket dibuka. Tak berapa lama, petugas memberi tahu bahwa loket sudah buka. Setelah membayar tiket seharga tiga ribu rupiah, kami menjadi pengunjung pertama Taman Sari.


#goweselo : Pantai Depok


Di suatu Senin pagi yang selo (jadwah kuliah kosong karena dosen berhalangan hadir), saya iseng gowes ke pantai selatan. Saya berangkat dari rumah pukul 05.15. Tadinya cuma mau gowes ke Kasongan, eh malah lurus terus ke Jalan Prangtritis. Dua jam 15 menit kemudian, alias jam 07.30, tibalah saya di Pantai Depok. Kenapa harus Depok? Tadinya mau lurus ke Parangndog, tapi saya udah kelaparan, berharap Depok yang punya banyak warung makan seafood ini bisa mengisi perut saya yang keroncongan. Ternyata, belum ada warung yang buka. Krik krik krik. Untung ada warung lotis yang udah buka, jadilah saya beli pop mie di sana. Errr penjual lotis ini juga jual pop mie, maksudnya.

matahari terbit di Kasongan

Moral story kisah ini adalah:
1.      Ngga ada swalayan waralaba yang buka 24 jam di sepanjang jalan ke Pantai Depok. Bawa air dan bekal yang cukup.
2.      Warung makan di Depok baru buka jam setengah sembilan. Kalo kepagian sampai sana dan laper, ya udah bengong aja dulu liat pantai.
3.     Ngga ada namanya sepedaan pagi di Jalan Parangtritis sambil menghirup udara segar. Tetep aja yang dihirup adalah asap kendaraan orang-orang yang berangkat sekolah atau kerja.

sepatu saya basah kena ombak -____-



Love,



Berburu Dinosaurus di Gunung Purba


Akhirnya berhasil mencentang Nglanggeran dari daftar destinasi idaman. Yahoooo!
7 Oktober 2012, berawal dari ajakan Mas Munadi di Grup CLR, terkumpul lima orang yang bersedia naik gunung purba. Mas Munadi, Mas Pras, Ana, Diba, dan Arsyad. Kalau mau tau lebih lanjut tentang Nglanggeran, silakan googling karena posting ini tujuan utamanya adalah pamer hahahaha. Sebelum berangkat KKN, saya dan Diba pengen ke sini, tapi ngga sempat. Nglanggeran juga jadi salah satu video pariwisata kocak yang dibawakan oleh Jebraw, si Jalan-jalan Man. Apa? Ngga tau? Buka youtube gih.
Minggu pagi, kami berangkat jam 7 dari JEC. Perjalanan sekitar satu jam. Sampai di lokasi, rupanya lagi ramai karena dipakai makrab. Kami juga berjumpa empat orang senior di FEB, yaitu Mba Kanet, Mba Dea, Mas Uki, dan Mas Ojan. Kami pun beramai-ramai naik. Setelah mendaki selama kurang lebih 40 menit, kami tiba di puncak!

Saturday, July 07, 2012

Mengejar Matahari

- Nglanggeran
- Parangndog
- (belajar) Renang

Tiga hal di atas adalah to do list saya dan Diba menjelang keberangkatan. Kami bertekad untuk tidak menjadikan daftar itu sebagai mitos. Wacana ini kami sebarkan di grup CLR, komunitas penyuka jalan-jalan yang mayoritas anggotanya adalah alumni EQ. Beberapa menanggapinya dengan antusias, tapi beberapa berhalangan. Sampai H-3, belum satupun hal di daftar yang terlaksana. Kami malah menjelajah sebuah pusat perbelanjaan dan memandang puas pada akting aktor Donny Alamsyah di film terbarunya, Cinta di Saku Celana. 

(FYI, jalan ceritanya tidak terduga dengan alur maju-mundur. Saya sendiri berpendapat kalau memang tidak semua cerita cinta berakhir bahagia. Saya bisa menerima cerita cinta yang tak sampai. Tapi, jalan cerita film ini menurut saya terlalu dibuat-buat. Saya sih ngga keberatan kalau harus nonton film ini lagi. Alasannya adalah saya bisa lihat ekspresinya Donny yang malu-malu, salah tingkah, mendamba, putus asa, dan bahagia, tapi tetap jago berantem hahaha. Saya juga suka gaya dan tone pengambilan gambarnya. Beberapa adegan juga diselipi humor, yah kadang ada yang jayus juga sih.)

Beruntung, salah satu agenda di daftar bisa dilaksanakan pada H-2. Parangndog. Tadinya saya sempat khawatir ngga bisa ikutan karena terlanjur pesan tiket The Amazing Spiderman pada siang itu (i am #TeamAndrewGarfield and #TeamEmmaStone !!). Untungnya, kami janjian berkumpul di kampus pada sore hari, seusai saya nonton. Sekitar pukul empat sore, kami bertujuh pun berangkat ke selatan. Optimis bisa mengejar senja.

Beberapa kilometer sebelum tempat tujuan, saya dan Diba histeris melihat matahari jingga yang bulat sempurna di balik perkebunan tebu. Sayang, kami belum sampai. Kami pun terus melaju melewati gerbang Parangtritis dan jalanan yang mulai menanjak, hingga akhirnya tiba di belokan yang menjadi pintu masuk menuju Parangndog. Di sini lah perjalanan yang sebenarnya dimulai. Tanjakan jalan sangat curam dan tidak teraspal sempurna. Bahkan, motor saya tergelincir karena pasir dan mundur di tanjakan pertama lalu tertahan oleh motor Mas Taufik yang ikut oleng. Pengendara motor yang berpapasan dengan kami pun ikut membantu mengangkat motor kami. Untung motor Mas Taufik baik-baik saja setelah menahan laju mundur motor saya. Maaf ya mas, tapi kalo ngga ada motormu, mungkin motorku beneran mundur sampe bawah :') Setelah insiden itu, Diba dan Adit yang tadinya saya bonceng, saya percayakan pada Mas Pras (baca: ganti dibonceng Mas Pras). Untungnya motor saya lancar saat "mendaki" sampai puncak *fiuuuuuuuh*. Kami bergegas menyusuri jalanan berbatu menuju landas pacu. Pemandangan di bawah inilah yang menyambut kedatangan kami.


hanya foto ini yang paling oke sebelum baterai kamera saya habis :(


Monday, July 02, 2012

Pasar Kangen

Di sela-sela minggu ujian, saya (nekat) main ke Taman Budaya Yogyakarta. Saya memang lagi ngebet lihat Pasar Kangen yang diadakan di sana. Konon, di acara ini ada festival kuliner, bazaar barang-barang antik, sampai totok aura biar lancar jodoh (yang terakhir adalah info dari Diba :p). Begitu ujian Praktikum Akuntansi selesai (yang mana dilaksanakan hari Sabtu. Iya, Sabtu), langsung pulang dan berhasil membujuk Adit dan mama untuk malam mingguan di TBY. Papa ngga ikut karena masuk kantor (ingatkan saya untuk menghindari pekerjaan di bank). Sehabis maghrib, kami pun berangkat.
Begitu sampai di area TBY, pengunjung sudah ramai. Kami pun masuk ke exhibition hall yang ramai dengan pedagang yang menjajakan barang secara lesehan.

sepotong sejarah dari tahun 1971 (errr sayang agak blur -_____-)
Niat utama saya sebenarnya mencari kartu pos jadul yang layak dikoleksi. Tapi jadi males karena ada banyak orang yang lagi milih-milih. Saya pun akhirnya cuma ngekor Adit yang terdistraksi sama mainan-mainan di atas. Pas lagi nontonin mainan, si bapak pedagang mengajak saya ngobrol dan memamerkan pamflet yang berumur 31 tahun. Beliau pun bercerita tentang komunitas pedagang barang antik yang berbasis di Pasar Senthir. Sambil berpromosi, beliau bilang kalau selama pameran ini harga kartu pos jadi seribu rupiah saja, dari harga normal lima ribu. Sayangnya saya ngga jadi milih-milih. Aaaaaaa T_____T
Di dalam, ada miniatur kelurahan-kelurahan di Kota Yogyakarta dengan ciri khas masing-masing. Ada juga beberapa kendaraan yang sengaja dipamerkan. Berhubung bawa Adit, saya ngga sempat merhatiin detail.







adik saya bertelanjang kaki -____-
yuuummmm :9
Saya pasti kangen sama acara-acara di Jogja yang layak dikunjungi dan gratis. Hari ini saya menyesal karena ngga sempat berkunjung ke pameran The Mogus World di Kedai Kebun Forum, padahal hari ini hari terakhir pameran. Oh iya, tanggal 5-7 Juli nanti Yogyakarta Gamelan Festival ada lagi. Tempatnya di Purnabudaya. Info lebih lengkap sila follow twitter Gayam 16.
So, apa yang paling bikin kamu kangen Jogja? :)

Love,



Friday, March 02, 2012

photos from my disderi #part12

My bestfriend, Cisya, will be studying in Fukuoka for 1 year. SO PROUD OF HER >_____<
She'll be going at the end of this month. That's why we took a random trip to Taman Sari Water Castle. The color of that place was sooo dreamy. It was freshly blue everywhere :3
We took lots of photos inside the castle, so she can brag to her friends in Japan, "this is my swimming pool." Hahaha. Silly.



The Sultan throws his handkerchief from this tower. The lucky mistress (selir) who catch it will "accompany" him that night (if you know what i mean haha). Well, that what Cisya said to me. Dunno if it's true or not hehe.




Tuesday, February 14, 2012

photos from my disderi #part11

Halo! Entah apa yang menghalangi saya untuk posting blog di masa libur kuliah ini. Padahal sebenernya lumayan sering ngenet dan buka blogger—buat stalking blog yang saya follow—atau browse situs streaming drama & film korea—manfaatkan kesempatan sebelum era SOPA dimulai saudara-saudara!
Nah, roll ke sebelas ini edisi spesial EQ :)




Ini diambil setelah melewati jalan Madukismo - Kasongan yang rusak parah. Motor saya sampe harus lewat pematang sawah aaaghh -_____-. Aslinya lebih keren sebenernya. Hamparan sawah hijaunya luaaaas banget. Tapi ngga kelihatan di foto, yah namanya juga toycam dan ngga ada blitz *menghibur diri*

selamat Poppy Laksita, PU baru EQ :D

Thursday, December 15, 2011

Jogja Biennale @ Jogja National Museum

Ceritanya besok deh, saya ngantuk -____-
Yang belum berkunjung, masih sampe 8 Januari kok (kalo ngga salah) hehe